SURABAYA 10 NOVEMBER 1945, HARI PAHLAWAN NASIONAL


Museum 10 November
Museum Sepuluh November


Sekarang kita mengenang 10 November adalah Hari Pahlawan Nasional, dimana dalam pertempuran di Surabaya para pemuda Indonesia dengan berani melawan agresi militer Inggris. 10 November adalah salah satu peristiwa penting Indonesia dan juga merupakan satu dari sekian  pertempuran besar dalam sejarah militer Indonesia. Tetapi sebenarnya pertempuran 10 November merupakan konflik  kedua yang terjadi di Surbaya. Hal ini disebabkan kelalaian seorang perwira Belanda yang  membuat puluhan ribu senjata Jepang jatuh ke pihak Indonesia dan admin kali ini akan mengulas tentang kronologi dan tokoh-tokoh dalam peristiwa ini.



PEMBENTUKAN BADAN

Hari kemerdekaan 17 Agustus 1945, tiga hari setelah penyerahan Jepang kepada sekutu, ternyata berita ini telah sampai ke telinga rakyat Surabaya melalui edaran surat kabar. Kemudian ini segera ditindak lanjut dengan penyusunan pemerintahan daerah di Surabaya, dengan diangkatnya R.M.T.A Soerio menjadi Gubernur Jawa Timur dan R. Soedirman sebagai Residen Surabya di tanggal 19 Agustus 1945. Badan Keamanan Rakyat (BKR) Surabaya kemudian dibentuk pada 2 September 1945, dan diangkatnya Moestopo sebagai Kepala BKR. Beliau kemudian menjadi Kepala BKR Jawa Timur dan akhirnya dilantik menjadi Menteri Pertahanan. Pembentukan BKR ini terdiri atas para pemudan mantan PETA yang setelahnya diikuti dengan berdirinya badan-badan perjuangan, antara lain Pemuda Republik Indonesia (PRI), dan Angkatan Pemuda Indonesia (API), serta Barisan Hizbullah pada semptember dan awal oktober 1945. Selain itu BKR-Laut didirikan pada akhir September 1945, akhirnya menjadi bagian dari Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan kemudian dibentuk tanggal 5 Oktober.

PETA dan HEIHO dibubarkan di Surabaya oleh pihak Jepang, seminggu setelah penyerahannya pada Sekutu. Ketika TKR dan badan-badan perjuangan lainnya dibentuk, mereka membutuhkan pasokan amunis yang memadai. Hal ini mungkin disebabkan kerena ketakutan akan kembalinya Belanda ke Indonesia yang memicu perebutan senjata Jepang dan menyebabkan insiden dirobeknya bendera Belanda pada Hotel Yamato atau juga dikenal dengan Hotel Oranye, pada 19 Oktober 1945. 18 Oktober, pukul 09.00 malam sekelompok orang Belanda yang dikomandoi Mr. Ploegman mengibarkan bendara Belanda tanpa adanya persetujuan pemerintah Surabaya. Hal inilah yang memicuh amarah para pemuda keesokan harinya, karena menganggap negerinya telah dilecehkan setelah merdeka. Dalam insiden ini terdapat korban yang berjatuhan dari kedua belah pihak. 

Hotel Majapahit
Hotel Yamato (Sekarang Hotel Majapahit)



Meski ada usaha perebutan senjata berskala kecil, tetapi usaha pengambilan senjata berskala besar baru terjadi dalam upaya pengambilan senjata di gudang senjata Don Bosco yang dimulai pada 16 Sepetember. Bung Tomo kemudia menjadi media bagi Jepang dan Indonesia dalam Operasi ini, yang kemudian berhasil dengan penyerahan komandan Jepang di Don Bosco pada 30 September kepada Kepala Polisi Istimewa Surabaya, M. Jasin. Kemudua pada tanggal 2 sampai 3 oktober 1945, terjadi perebutan Senjata pada markas Angkatan Laut Jepang di Gubeng. Selain itu berbagi opersasi pelucutan senjata jepang mengalami kesuksesan si seluruh Jawa Timur.


Panti Asuhan Don Bosco
Panti Asuhan Yang Menjadi Gudang Senjata




KRONOLOGI

Tiga Oktober manjadi hari yang sangat menguntungkn bagi Indonesia dikarenakan kecerobohan dari Kapten Huyer, Komandan AL Belanda yang dikirim ke Surabaya pada September 1945. Dia kemudian membuat kesepakatan dengan pimpinan Indonesia di Surabaya agar bisa menjaga senjata Jepang, sebelum dia memaksa pimpinan Jepang yang ada di Surabaya untuk menyerah kepada Sekutu. Mayjen Iwabe dan Laksamana Sibata memutuskan untuk menyerah kepada Huyer pada 3 Oktober 1945. Penyerahan ini membuat pihak Indonesia sangat diuntungkan karena mampu mengambil alih ribuan senjata Jepang tanpa adanya perlawanan. Pada beberapa hari kemudia, Huyer menyatakan bahwa penyerahan ini hanyalah setingan tetapi pimpinan militer Jepang di Surabaya menganggapnya sebagai penyerahan resmi, sehingga diperkirakan ribuan senjata Jepang jatuh ke pihak Indonesia di Jawa Timur.
Terdiri dari kuran lebih :
  • 19.000 Senapan 
  • 900 Senapan Mesin
  • 400 Mortir
  • 50 Pucuk Artileri
  • 140 Merian Anti pesawat
  • 25 Tank
  • Selain itu Indonesia juga berhasil mendapatkan ribuan kendaraan dan puluhan kapal.
Dalam perebutan senjata ini, lebih dari 6.000 interniran sipil Belanda masih berada di Surabaya dan pasukan sekutu kala itu ditugaskan untuk mengevakuasi mereka. Di saat yang sama kota Surabaya juga menampung kurang lebih 6.000 interniran dan  30.000 orang Jepang. Kronologi saat itu Brigadir Aubertin Mallaby dan pasukannya tiba di Surabaya. Ia membawa Brigade ke-49 yang berkekuatan 4.000 pasukan, merupakan bagian dari Divisi ke-23 Inggris-India. Brigade ini memilik tiga batalyon yang berkekuatan 800 orang dalam satu batalyon, satu resimen artileri dengan 24 meriam yang memiliki 580-an prajurit, dan memiliki 6 kompi pendukung dengan jumlah 120-160 serdadu per-kompi. Kapal HMS WAVENEY, HMS MALIKA dan HMS ASSIDUOUS, singgah di Surabaya 24 Oktober 1945. Setelah perselisihan antara Mallaby dan pihak Indonesia pada 25 Oktober 1945, sebagian dari Brigade ke-49 mendarat di Surabaya, Tanjung Perak secara sepihak. Pasukan Inggris yang ke Indonesia merupakan bagian dari AFNEI atau dikenal (Allied Forces Netherlands East Indies) dibawah blok Sekutu, yang ditugaskan untuk melucuti tentara Jepang, dan sekaligus memulangkan mereka kembali ke negaranya. Tetapi kedatang militer Inggris di Indonesia memiliki misi lain untuk mengembalikan Indonesia ke dalam wilayah administrasi Belanda, atau sebagai negara jajahannya dibawah naungan NICA (Netherlands Indies Civil Administration).  Meskipun pimpinan Indonesia di Surabaya tidak setuju, tetapi Presiden Soekarno memerintahkan agar Surabaya tidak menghalangi kedatangan Sekutu. Setelah itu antara pihak Indonesia dan Inggris membuat beberapa kesepakatan, seperti :
  1. Tidak ada serdadu Belanda di antara pasukan Inggris India di Surabaya
  2. Membuat kontrak kerjasama antara Sekutu dan Indonesia yang disetujui oleh :
    • Indonesia :
      • Residen Soedirman
      • Doel Arnowo
      • H. Roeslan Abdoelgani
      • T. D. Kundan
      • Muhammad Mangoendiprodjo
    • Inggris :
      • Brigadir Aubertin W.S. Mallaby
      • Wing Commander Groom
      • Mayor M. Hudson
      • Kolonel Lewis H.O. Pugh
      • Kapten H. Shaw
  3. Ingris akan mengevakuasi Interniran dan tahanan Sekutu di Surabaya
  4. Pasukan Jepang akan dilucuti dan dipindahkan ke pihak Inggris.
Yang membuat pertempuran di Surabaya meletus yakni perintah dari Mayjen Hawthorn, pimpinan Sekutu di Jakarta yang memintah penduduk Surabaya agar menyerahkan senjata mereka ke pihak Sekutu dalam waktu dua hari jika tidak ingin ditembak. Perintah ini pun langsung disetujui oleh Mallaby di Surabaya, dengan meminta Moestopo bahwa ksesepakatan sebelumnya masih berlaku. Moestopo bahkan mengiakan perintah dari Hawthorn, sehingga sesuai dengan perintah Moestopo pada 28 Oktober bahwa hanya TKR yang boleh memegang senjata. Setelah perintah ini disetujui, tentu membuat sebagian pemimpin Surabaya ingin melawan Inggris, tetapi Moestopo menyanggah hal ini karena tidak ingin TKR terlibat kontak senjata dengan pihak Sekutu. Sementar itu, pemerintah pusat di Jakarat beranggapan demikian, tetapi tetapi hal ini tidak dihiraukan oleh pimpinan Indonesia di Surabaya, dan tetap nekat untuk bertempur.  Kemudia pimpinan PRI meyakinkan Moestopo untuk tetap bertempur bersama TKR melawan Inggris. Akhirnya, baik itu TKR maupun badan-badan perjuangan rakyak lainnya tetap bersepakat untuk menyerang Inggris di Surabaya.



TIGA HARI PERTEMPURAN

Ir. Soekarno
Ir. Soekarno



Pertempuran pertama terjadi pada 28 Oktober 1945 di hotel Surabaya antara Pleton Ingris-India yang berjumlah sekitar 30 orang, dan diserbu oleh Prajurit TKR dengan Jumlah kurang lebih 400 Prajurit. Dihadapi oleh gempuran 400 prajurit Indonesia, mereka pun akhirnya menyerah. Selain itu kejadian lain yang mengisahkan serangan pemuda ke penjara yang dijaga oleh kompi Inggris-India. Mereka diserbu dan hanya menyisakan 18 prajurut India yang akhirnya tetap dibantai karena amarah warga yang meluap sebab banyak dari mereka yang gugur ditembak oleh Kompi Inggris-india tersebut. Pada 28 Oktober juga terdapat serangan ke konvoi interniran sipil Belanda yanjg dikawal oleh sekitar 60 prajurit Inggris-India. Konvoi ini disergap oleh prajurit Indonesia dalam perjalanan ke Darmo. Dalam serangan ini, terdapat sekitar 40 sampi 150 wanita dan anak-anak menjadi korban kekejaman pemuda Indonesia yang marah. Sumber lain mengatakan 170 hingga 200 yang tewas atau hilang dalam sergapan ini, baik itu prajurit ataupun wanita dan anak-anak. 

Ini adalah pertempuran tiga hari Surabaya dari 28 hingga 30 Oktober 1945. Brigade ke-49 yang dikomandoi oleh Maliaby, tersebar ke seluruh kota Surabaya. Saat serangan Indonesia yang dimulai pada jam 4 sore, para pleton Inggris-India yang terkepung, dengan mudah dikalahkan oleh para pemuda. Brigake ke-49 yang berjumlah 4.000 orang terbukti tidak mampu bertahan dari gempuran prajurit TKR dengan Jumlah 15-30.000 serdadu yang didukung oleh sekitar 75-120.000 penduduk. Pihak Inggris kehilangan sebanyak 450 prajurit dan 900 lainnya terluka, sedangkan dari pihak Indonesia kehilangan sebanyak 3.000 korban dan sebanyak 3.000 lainnya terluka. Selain itu interniran sipil Belanda menderita puluhan bahkan sampai ratusan korban.

Mengetahui kericuhan ini, Letnan Jenderal Philip Christison meminta konfirmasi dari Soekarno. Akhirnya Soekarno, Hatta dan Sjarifuddin berangkat ke Surabaya pada 29 Oktober 1945. Persetujuan gencatan senjata antara Inggris dan Indonesia dicapai setelah Soekarno bertemu Mallaby, tetapi Soekaro seperti tidak menyetujui keputusan Surabaya untuk menyerang Inggris. Ia bahkan menyebut Moestopo seorang pemberontak dan Ekstrimis, setelah itu memecat moestopo dari jabatan Menteri Pertahanan. Pagi 30 Oktober, Mayjen Hawthorn mendarat di Surabaya, dalam suatu perundingan antara Hawthorn, Mallaby Soekarno, Hatta dengan Gubernur Suryo, sebuah kesepakatan akhirnya tercapai. Selain gencatan senjata, perjanjian ini berisi :
  1. TKR diakui oleh inggris, dan baik itu TKR maupun Pemuda tidak akan dilucuti
  2. Pasukan Iggris-India akan bertempat di wilayah Darmo dan pelabuhan, sedangakan Indonesia akan bekuasa di luar wilayah tersebut.
  3. Evakuasi interniran akan terus berlanjut dan keselamatan mereka menjadi yang utama, dan pada saat proses evakuasi tidak boleh dihalangi
  4. Tahanan dari kedua belah pihak harus dibebaskan
  5. Sebuah biro kontak dibentuk dan terdiri dari utusan pihak Inggris dan Indonesia :
    • Inggris :
      • Brigjen Mallaby
      • Mayor Hudson
      • Kolonel H.O. Pugh
      • Wing Commander Groom
      • Kapten Shaw.
    • Indonesia :
      • Residen Soedirman
      • D. Arnowo
      • H. Roeslan Abdoelgani
      • T. D. Kundan
      • Muhammad Mangoendiprodjo. 
Hawthorn, Soekarno, Hatta dan Sjarifuddin meninggalkan Surabaya Setelah perundingan ini selesai. Namun perundingan ini belum langsung disetujui oleh kedua belah pihak. Ini membuat Biro Kontak terus berpatroli mengelilingi kota Surabaya untuk meneyberkan berita gencatan senjata demi menimimalisir kericuhan antara Pemuda dan Kompi Inggris-India.



TUMBANGNYA SEORANG BINTANG

30 Oktober 1945, rombongan mobil biro kontak mulai mengelilingi Surabaya. Rombngan ini terdrir dari Brigjen Mallaby, Kapten Shaw, Kapten R.C. Smith, Kapten T.L. Laughland, R. Soedirman, D. Arnowo, T.D. Kundan dan Muhammad Mangoendiprodjo. Tiba di Gedung Internatio, kerumunan pemuda menghentikan rombongan dan menuntut penyerahan pasukan Inggris-India di Gedung Internaio. Biro Kontak mengkonfirmasi sudah ada gencatan senjata antara Inggris dan Indonesia yang sedikit meredakan kericuhan ini.  

Jadi perlu diambil Langkah apa untuk meredahkannya. Mallaby mengutus Kapten Shaw dengan perintah agar kompi Inggris-India di Internatio keluar tanpa senjata. Kapten Shaw pergi bersama dengan T.D. Kundan dan Muhammad. Sementara itu Brigjen Mallaby, Kapten Smith dan Kapten Laughland dilucuti oleh para pemuda. Para Pimpinan Inggris ini kemudian dipindahkan ke mobil R. Soedirman. Saat itu kerumunan memaksa masuk ke Internatio, namun mereka diperingatkan agar tidak memaksa masuk atau akan ditembak. Show, Kundan, dan Muhammad juga sempat dihalangi kerumunan rakyat Saat ingin memasuki gedung. Sebelumnya mereka sempat melihat ada senapan mesin yang diarahkan oleh Kompi Inggris-India ke luar pintu masuk Gedung Internasio dan juga sebaliknya. Kodisi saat itu memang  sangat memanas. Shaw menyampaikan perintah Mallaby ke kompi yang berjaga saat itu. Saat sang Mayor masih memikirkan langkah berikutnya, T.D. Kundan pergi keluar dan setelah itu kerumunan kembali mencoba memasuki Gedung Internatio. Sesuai peringatanya  kompi Inggrsi-India diperintahkan untuk menembak pejuang yang mengepung Internatio.  Akhirnya kekacauan pun tidak dapat dihindari lagi. Baku tembak pun berlangsung selama beberapa jam. Mallaby, Smith dan Laughland berlindung di dalam mobil R. Soedirman. Seorang pemuda  sempat menembak Mallaby sebanyak empat kali, beruntung ketiganya selamat tapi belum selesai disitu. Dua orang pemuda lainnya menghampiri mobil tersebut dan seorang diantaranya tiba-tiba menembak Mallaby dari jarak dekat sebelum kembali bersembunyi. Mallaby pun tewas beberapa saat kemudian, tetapi Smith dan Laughland berhasil selamat dengan menceburkan diri ke Kali Mas dan akhirnya berenang ke pelabuhan.  Perwira Inggris, Brigjen A.W.S. Mallaby tewas di Surabaya pada 30 Oktober 1945. 

Kematian Mallaby ini tentu menyisakan banyak pertanyaan. Siapakah yang membunuhnya. Ada dua orang yang seringkali disebut sebagai pembunuhnya yaitu Abdul Aziz dan Hendranata. Anggota TKR percaya Hendranata lah yang menembak Mallaby, setelah keberaniannya ditantang oleh Sungkono, yang menjabat sebagai komandan BKR Surabaya. Sementara ada pernyataan seorang pemuda bernama Amak Altuwi yakin bahwa Abdul Aziz lah yang menembaknya. Abdul Aziz sendiri telah mengaku ialah yang membunuh Mallaby dan melapor kepada Doel Arnowo bahwa ialah pelaku penembaknya, tapi belum dapat diyakini sepenuhnya Siapakah tokoh yang sebenarnya membunuh Mallaby.

Pertempuran Gedung Internatio mulai mereda pada malam hari, setelah siaran radio Bung Tomo menyerukan penghentian tembak-menembak. Kematian Mallaby juga mengubah kepemimpinan Brigade ke-49 yang sebelumnya dipimpin Mallaby diganti oleh kolonel Pugh. Indonesia meminta Pugh untuk menyerah tapi ditolak dan ia mengambil langkah untuk memusatkan pasukannya di dua lokasi, Pelabuhan dan wilayah Darmo. Pemusatan ini terjadi karena negosiasi Inggris dan Indonesia yang berhasil didukung oleh pernyataan Letjen Christison dan Presiden Soekarno. 

31 Oktober 1945 Letnan Christison, pemimpin Sekutu di Indonesia memperingatkan jika pembunuh Mallaby tidak diserahkan maka Inggris akan menggempur Surabaya, kerena genggsi atas kematian perwira mereka sebagai Negara pemenag perang dunia ke-2. Pernyataan resmi Surabaya disampaikan oleh Doel Arnowo yang menyebutkan bagaimana Mallaby meninggal secara tidak jelas dan belum memiliki bukti yang akurat. Pernyataan Arnowo tak sepenuhnya benar karena, ia sendiri mendengar dari pemuda bahwa Mallaby memang sudah dilenyapkan. Selain Christison, Soekarno juga mengumkan bahwa musuh Indonesia adalah NICA (Netherlands Indies Civil Administration) dan bukanlah Sekutu. Ia juga meminta serangan terhadap Inggris untuk segera dihentikan. Seminggu kemudian, evakuasi dari kurang lebih 6.000 interniran Belanda sudah jauh lebih tertib. Divisi Inggris-India ke-5 dibawah Komando Mayjen E. C. R. Mansergh sudah mendarat sejak tanggal 1 November 1945. Divisi ini diperintahkan pergi ke Surabaya sejak tanggal 17 Oktober, jadi  mereka memang murni didatangkan untuk menyerang Kota Surabaya. Mansergh akhirnya bertemu dengan Gubernur Suryo pada 7 November 1945, dan dalam pertemuan ia menyalahkan pihak Indonesia atas ketidakmampuannya dalam menjaga ketertiban, pendudukan lapangan udara Morokrembangan, penghalangan evakuasi tawanan perang dan internetan Sekutu. Namun Suryo selaku Gubernur Jawa Timur membantah segala tuduhan ini. Lapangan  udara Morokrembangan terbukti tidak diduduki oleh Indonesia, Ia menyebut bahwa ketertiban Surabaya terjaga dan tidak ada penghalangan terhadap evakuasi interniran dan tawanan perang Sekutu. Namun sang Mayjen memang tidak sepenuhnya salah. Tuduhan Mansergh mengenai interniran yang ditahan oleh Indonesia memiliki kebenaran. Ribuan interniran baru dibebaskan oleh pasukan Inggris-India setelah pertempuran Surabaya dimulai. Untuk menanggapi sanggahan itu, Mayjen Mansergh memberikan ultimatumnya dengan batas waktu pukul 06.00 sore. Perintahnya seluruh tawanan perang Sekutu harus dibebaskan oleh  Indonesia, pimpinan Surabaya harus menyerah kepada Inggris, selain TKR dan polisi wajib menyerahkan senjata mereka, Surabaya diamankan oleh pasukan sekutu dan orang-orang yang bersenjata dapat dihukum mati, mereka yang mengancam keselamatan interniran bisa dihukum mati dan yang terakhir wanita dan anak-anak bisa meninggalkan kota Surabaya sebelum tanggal 10 November. 

Merespon  ultimatum ini, pimpinan Surabaya berkonsultasi kepada pemerintah pusat, namun sayang usaha ini tidak berhasil karena Letjen Christison menolak permintaan Menlu Ahmad Soebardjo agar Inggris mencabut ultimatumnya. Keputusan diserahkan kepada pimpinan Surabaya yang sepakat mempertahankan dan membela Surabaya. Rakyat diperingatkan, TKR dan badan perjuangan dipersiapkan, serta pemerintahan dipindahkan.

 

HARI BERSEJARAH


Lukisan Soekarno
Lukisan Pada Museum 10 November



Brigade ke-49 sudah berada di Surabaya sejak akhir Oktober, diperkuat divisi ke-5 pada awal November yang terdiri at as Brigade ke-9 dan Brigade ke-123 serta diperkuat oleh dua resimen artileri, tiga Batalyon Divisional, satu skuadron Tank Stuart, dan satu skuadron Tank Sherman. Kekuatan Inggris di Surabaya berjumlah kurang lebih 16.000 prajurit ditambah kurang lebih 72 artileri, kurang lebih 30 tank, kurang lebih 40 pesawat, satu kapal penjelajah dan lima kapal penghancur.  Kekuatan militer Indonesia diperkirakan berjumlah kurang lebih 32.000 yang terdiri atas TKR dan badan-badan perjuangan lainnya. Mereka juga diperkuat rakyat Surabaya yang turut bertempur dan ribuan bala bantuan TKR pemuda dari luar Surabaya. Diperkirakan total kurang lebih 50.000 pejuang dari Indonesia.

Di pagi hari 10 November 1945 Inggris menggempur Surabaya, pasukan Inggris-India dibawah komando Mansergh bergerak perlahan dan hati-hati. Penyapuan ini memang dirancang untuk meminimalisir korban dari pihak militer Inggris. Tembakan meriam darat dan laut serta pengeboman udara bahkan digunakan secara terbatas. Tank Sherman harus mendapatkan izin dari seorang Brigjen untuk menembakkan meriamnya. Perlawanan Surabaya awalnya bersifat fanatis dan cenderung bunuh diri, karena beberapa pejuang berani mati dan meledakkan dirinya di dekat tank Inggris, namun taktik Indonesia mulai berubah dari serbuan membabi-buta menjadi Serangan yang lebih terarah. Pihak Indonesia diuntungkan karena familiar dengan Kota Surabaya, sedangkan pertempuran kota cukup baru bagi divisi ke-5 Mansergh yang sebelumnya bertempur Afrika Utara dan Burma. Dalam minggu pertama Inggris berhasil menduduki beberapa lokasi penting dan sepertiga dari kota Surabaya, namun pejuang Indonesia melakukan serangan balasan yang dijawab dengan bombardir Inggris yang menimbulkan kurang lebih 300 korban jiwa dalam waktu empat hari. Namun ketelitian Inggris sangat efektif dengan korban hanya mencapai 18 jiwa dan 95 orang yang luka-luka pada minggu pertama pertempuran. Kurang lebih tiga ribu interniran dibebaskan Inggris dalam minggu pertama dan ratusan lagi diamankan dalam dua minggu berikutnya. Seminggu setelah pertempuran meletus, wilayah Surabaya yang ditinggali oleh etnis Tionghoa diamankan oleh Inggris. Etnis Tionghoa Surabaya saat itu memang terpecah, ada yang pro republik dan ada yang netral seperti sebagian besar etnis non pribumi lainnya. Kurang lebih dua minggu setelah pertempuran dimulai, TKR dan pemuda dipukul mundur ke daerah Wonokromo dimana 2/3 dari Surabaya berhasil dikuasai oleh Inggris.

Butuh waktu kurang lebih empat hari untuk Inggris dapat mengusir Pejuang Indonesia di Wonokromo dan divisi ke-5 menganggap pertempuran Surabaya secara umum telah berakhir, karena perlawanan di wilayah Gunung Sari tidaklah signifikan. Harga yang dibayar pejuang sangatlah mahal, Inggris mengira ada kurang lebih 4.700 korban dan 16.00 terbunuh. Estimasi lain mengira kurang lebih enam ribu korban. Roeslan  Abdulgani, Anggota Biro kontak yang pernah bersama Mallaby mengira jumlah korban mencapai kurang lebih 16.000 ribu orang. Sekitar 400.000 hingga 500.000 rakyat Surabaya mengungsi keluar selama pertempuran berkobar, dan di sisi lain militer Inggris India hanya menderita ratusan korban. Ada taksiran yang memberikan angka kurang lebih 166 korban, tapi tidak diketahui informasi detailnya. Perkiraan Letjen Christison adalah 600 korban, tapi perlu diketahui Apakah jumlah korban termasuk dalam pertempuran 3 hari. Sedangkan Wikipedia Ensiklopedia Bebas mencatat total korban dari pihak Inggris sebanyak 2.000 jiwa dan 210 yang luka-luka. 



AKHIR PERANG

Peristiwa Surabaya berdampak luas bagi Indonesia, Inggris dan Belanda. Keteledoran Kapten Huyer membuat jatuhnya puluhan ribu senjata Jepang ke tangan Indonesia yang memberi kekuatan tempur Indonesia hingga tahun 1949. Ribuan rakyat dan pejuang ikut menjadi korban dalam pertempuran Surabaya yang akhirnya dikuasai oleh Inggris dan diserahkan kepada Belanda. Dinamika perpolitikan Inggris, Belanda dan Indonesia sangat dipengaruhi Pada pertempuran ini, dimana Inggris Kian enggan menanggung beban kolonialisme Belanda dan cenderung kooperatif dengan Indonesia yang dirintisnya sejak September 1945. Perlawanan Indonesia memaksa Belanda lebih diplomatis kepadanya dan dampak positif Surabaya bagi Indonesia jelas melampaui faktor dorongan moril. 10 November, Jenderal Abdul Haris Nasution pernah menyebutkan bahwa pertempuran tersebut sebagai bencana militer bagi Indonesia. Kekejaman dari pihak Indonesia memang tidak bisa dipungkiri, namun hal ini bukan berarti kita tidak mengenang para pahlawan yang sangat berjasa dalam mempengaruhi perkembangan sejarah bangsa dan negara Indonesia dari dulu sampai sekarang dimana kita telah merasakan buah dari perjuangan mereka yaitu kemerdekaan.



SUMBER:















Comments

Popular posts from this blog

KEKALAHAN MACAN METAL NAZI, BATTLE OF KURSK (5 JULI - 25 AGUSTUS 1943), PERTEMPURAN TANK TERBESAR